MOVIE, Smart24Movie.com – Film “Jatuh Cinta Seperti di Film-film” (JCSDFF) meraih penghargaan bergengsi sebagai Film Cerita Panjang Terbaik dalam ajang Piala Citra Festival Film Indonesia 2024. Pengumuman ini disampaikan dalam Malam Anugerah Piala Citra yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang Selatan, pada Rabu malam, 20 November 2024. Momen bersejarah ini tidak hanya menjadi sorotan bagi film tersebut, tetapi juga bagi industri perfilman Indonesia secara keseluruhan. JCSDFF berhasil mengalahkan sejumlah film lain yang juga mendapatkan perhatian, seperti “Crocodile Tears,” “Kabut Berduri,” “Samsara,” dan “Siksa Kubur.” Ketika nama filmnya diumumkan sebagai pemenang, produser Ernest Prakasa tak kuasa menahan haru, menangis bahagia atas pencapaian yang luar biasa ini.
Film “Jatuh Cinta Seperti di Film-film” merupakan hasil kolaborasi dari dua rumah produksi, yaitu Imajinari dan Cerita Film. Disutradarai oleh Yandy Laurens, yang juga menulis skenarionya, film ini menghadirkan sebuah narasi yang unik dan berbeda dari kebanyakan film lainnya. Salah satu ciri khas yang membedakan film ini adalah penggunaan visual hitam-putih yang berani, memberikan nuansa klasik dan mendalam pada cerita yang diusung. Yandy Laurens, yang dikenal dengan gaya penceritaannya yang inovatif, berhasil menciptakan atmosfer yang mendukung tema besar film ini.
Cerita dalam film ini berfokus pada kehidupan seorang penulis skenario bernama Bagus, yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman. Bagus adalah seorang penulis yang selama ini terkenal akan kemampuannya dalam menulis skenario adaptasi dari karya-karya orang lain. Meskipun sukses di bidangnya, Bagus merasa ada kekosongan dalam hidupnya karena ia belum pernah menulis karya orisinal. Suatu ketika, ia mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan impiannya menjadi penulis skenario asli, sebuah pencapaian yang sangat diidam-idamkannya.
Namun, perjalanan Bagus untuk menemukan ide orisinal tersebut tidaklah mudah. Ia terjebak dalam kebuntuan kreatif dan merasa tertekan untuk menghasilkan karya yang dapat diterima oleh publik. Dalam usahanya mencari inspirasi, Bagus berusaha untuk menggali pengalaman pribadinya, terkhusus cerita cintanya dengan Hana, sahabatnya semasa SMA yang diperankan oleh Nirina Zubir. Hana baru saja mengalami kehilangan setelah menjadi janda, dan hubungan mereka menjadi semakin rumit saat Bagus berusaha menjaga kedekatan dengan Hana sambil menulis skenario tersebut.
Bagus berusaha untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya dan mengenang masa-masa indah yang mereka lalui bersama. Namun, ketika Hana menemukan dan membaca skenario yang Bagus tulis, situasi menjadi tegang. Hana merasa marah dan dikhianati, menganggap bahwa apa yang dilakukan Bagus adalah sebuah kesalahan besar. Dia merasa bahwa kisah cinta mereka seharusnya dijaga sebagai kenangan pribadi, bukan untuk dieksplorasi dan diubah menjadi sebuah karya seni.
Konflik yang muncul antara Bagus dan Hana menambah ketegangan dalam cerita, dan penonton diajak untuk merasakan emosi yang mendalam saat keduanya mencoba berkomunikasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Film ini tidak hanya menyajikan kisah cinta, tetapi juga menggugah pemikiran tentang batasan antara kehidupan pribadi dan seni, serta bagaimana pengalaman hidup dapat menjadi inspirasi yang kuat bagi seorang seniman.
Dengan penutupan yang menggugah, “Jatuh Cinta Seperti di Film-film” menjadi lebih dari sekedar film cinta biasa; film ini juga merupakan refleksi tentang proses kreatif dan hubungan antarmanusia yang kompleks. Keberhasilan film ini dalam meraih penghargaan Piala Citra menunjukkan bahwa cerita yang dibawakan mampu menyentuh hati banyak orang dan menjadi bagian penting dalam perkembangan sinema Indonesia. Karya ini diharapkan dapat menginspirasi banyak penulis dan pembuat film muda untuk terus berkarya dan mengeksplorasi tema-tema yang mendalam dalam cerita mereka. (Zilong)
No Comments