MOVIE, Smart24Movie.com – Meski berperan dalam film Joker: Folie à Deux, Tim Dillon tampaknya tidak begitu menyukai karya tersebut. Komedian yang memerankan seorang penjaga di Arkham Asylum ini merasa bahwa sekuel yang disutradarai oleh Todd Phillips terlalu berlebihan dalam merespons kontroversi yang muncul dari film pertama. Dalam sebuah episode The Joe Rogan Experience, Dillon menyatakan:
“Ini adalah film terburuk yang pernah ada. Setelah film Joker yang pertama, banyak orang berbicara tentang bagaimana film itu disukai oleh kelompok tertentu, seperti kaum incel, dan mengirimkan pesan yang keliru. Ada banyak artikel opini yang membahas kemarahan pria dan nihilisme. Lalu saya berpikir, ‘Bagaimana jika kita mengambil pendekatan yang berbeda?’ Sekarang kita melihat Joaquin Phoenix dan Lady Gaga menari tap dalam keadaan gila.”
Dillon kemudian mengungkapkan lebih lanjut mengenai ketidakpuasannya terhadap Joker: Folie à Deux:
“Tidak ada cerita yang jelas. Ketika saya dan rekan-rekan yang mengenakan seragam keamanan di Arkham Asylum duduk menonton, saya menoleh kepada salah satu dari mereka dan berkata, ‘Apa yang sedang kita lihat ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini akan gagal, kawan.’ Saya menganggapnya sebagai hal terburuk yang pernah saya saksikan. Kami bahkan membahasnya saat makan siang dan bertanya, ‘Apa sebenarnya alur ceritanya? Apakah ada alur cerita? Sepertinya dia jatuh cinta pada Harleen di penjara?’ Film ini bahkan tidak layak ditonton, sangat buruk.”
Dillon menambahkan bahwa ia melihat film itu sebagai “lelucon praktis,” menunjukkan seberapa jauh film tersebut menyimpang dari pendahulunya. Saat Joe Rogan bertanya apakah film tersebut dimaksudkan sebagai protes, Dillon menjawab, “Ini hanya membuang-buang waktu semua orang—buatlah saja film yang bagus.”
Komentar Dillon mencerminkan pandangan yang lebih luas di kalangan penggemar film Joker yang asli. Film sebelumnya berakhir dengan Arthur Fleck sepenuhnya menerima identitas Joker-nya. Sebaliknya, Joker: Folie à Deux menyajikan pandangan yang lebih dalam tentang psikologi dan kekacauan batin Arthur. Alih-alih merayakan “kekuatan” yang didapat dari identitas Joker, ia menyadari bahwa tidak ada yang dapat mengisi kekosongan cinta dan hubungan yang diinginkannya.
Hubungan asmara antara Arthur dan Harleen Quinzel juga dibangun atas kegilaannya terhadap Joker, bukan terhadap sosok Arthur itu sendiri. Dillon tampaknya tidak setuju dengan perubahan ini, dan mengaitkannya dengan keprihatinan tentang popularitas film pertama di kalangan penonton pria. Ucapan Dillon tidak sepenuhnya tanpa dasar; Phillips sebelumnya pernah menyatakan bahwa Arthur seharusnya disikapi dengan simpati, bukan diidolakan. Namun, sudut pandang Dillon tampaknya lebih berfokus pada kritik terhadap pendekatan film yang mengusung elemen musikal. (Zilong)
No Comments